PUISI BALADA

                                                                 Pertemuan Berdarah

  Karya:  Tiara Rizqy  

 


Izinkan aku untuk menyapa mentari

Aku seakan haus akan udara segar yang menanti

Menelusuri jalanan ibu kota pertiwi

Berkelana dengan pikiran

Jejak kaki yang pernah terlihat


Rambut tergerai seketika berantakan

Sambil kurapikan kulanjutkan perjalanan

Terlihat gedung besar menjulang tinggi

Ingatanku seketika memudar

Hujan lebat mengguyur ibu kota

 

Hujan mengakibatkan lalu lintas ramai dan padat

Berteduh di bawah pohon bukan pilihan tepat

Ku masih berjalan di atas jalanan yang licin

Awas! Hei kau! Seseorang memanggilku dari belakang

Tarikan yang sangat keras tapi dengan percuma

 

Pedang tersebut masih tertancap di badan semua orang saat ini 

Semua orang berhambur keluar

Berlindung diri dari amukan para orang biadab

Baju mereka penuh dengan darah

Sungguh aku masih beradu argumen dengan pikiranku

 

Darah sudah memenuhi jalanan ibu kota

Suara tembakan dan bom berdentum sangat keras

Kau baik-baik saja? Tanya seorang lelaki

Aku sedang tidak baik-baik saja tuan, untuk saat ini

Berlari terbirit-birit dengan rasa takut

 

Terdengar tangisan orang yang berada di pinggir ibu kota

Mencekik kaum tak berdosa

Merampas yang bukan hak miliknya

Kalian penjahat kelas kakap ! amarah seorang wanita paruh baya

Tak lama wanita itu tersungkur penuh darah

 

Ku duduk berdua dengannya di sebuah lorong bangunan yang sempit

Tunggu tuan, apa yang terjadi? Tanyaku masih tercekik dengan noda darah dijalanan

Pertempuran belum usai

Aku masih tertegun dan tertunduk

Dengan berlinang air mata

 

Mari, suasana ibu kota sudah aman dan tenang

Dengan mengajukan tangannya

Masih bercengkrama

Hati nurani tidak pernah diam

Seketika mulut terkunci rapat

 

Melihat kondisi ibu kota yang sudah aman terkendali

Polisi memenuhi jalanan ibu kota pertiwi

Cukup ! kalian akhirnya terbunuh dengan percuma tanpa belas kasihan

Malam yang tenang dan dengan bulan purnama datang menerpa

Dengan pelukan seorang laki-laki hangat 



                    Sidoarjo, 2020

Komentar